Kajian : Surah Al Baqarah (6-10)
Created by Canva.com |
Kaijan Hadits Surah Al Baqarah (6-10)
Surah Al Baqarah (6-10) - Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ada tiga perkara, barangsiapa tiga perkara itu ada padanya, maka ia adalah orang munafiq, meskipun ia berpuasa, mengerjakan shala, haji, umrah, dan mengaku muslim. Tiga perkara itu adalah : Apabila berkata ia berdusta, apabila berjanji ia ingkar, apabila diberi amana ia khianat." (HR. Abu Ya'la)
Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Seorang mukmin jika melakukan dosa, maka dosa itu akan menjadi noda hitam pada hatinya. Jika ia bertobat maka hatinya akan bersih kembali. Sedangkan jika ia mengulanginya, maka hatinya akan semakin hitam. Itulah rana yang dimaksudkan dalam firman Allah, kalla bal rana 'ala qulubihim ma kanu yaksibun" (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Hakim)
Kajian Mandiri Terjemahan Surah Al Baqarah (6-10)
Ayat 6 : Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.Poin : Orang kafir berada pada kondisi dimana hatinya menutup diri dari sebuah kebenaran sehingga hatinya menilai sebuah kesalahan yang dianggap benar. Jadi sama saja diberi peringatan atau tidak diberi peringatan. Hati dan pikirannya masih saja menolak kebenaran.
Seringkali juga ditemukan, orang kafir selalu melogikakan perkara ghaib dimana mereka kadang merasakan sendiri ghaib yang mereka perselisihkan. Contohnya :
Ketika orang berpendapat bahwa udara adalah komponen dasar untuk pernapasan manusia. Namun ketika udara coba dijelaskan ke dalam wujud yang nyata, mereka sulit untuk membuktikannya. Lalu atas dasar apa menganggap bahwa keberadaan Tuhan itu hanya karangan belaka? Udara tidak dapat dilihat dengan mata telanjang namun dapat dirasakan tubuh.
Ada lagi, saat orang kafir berada di dalam pesawat, lalu terjadi goncangan bahkan turbulensi. Kemudian dia ketakutan, takut kalau mati. Padahal jika dinalar, buat apa mereka takut mati, toh setelah mati bagi mereka tidak akan terjadi apa-apa.
Orang kafir akan selalu dalam ketidak berimanan. Sesuatu yang bagi mereka sendiri tidak perlu untuk diyakini. Menolak dan mengabaikan menjadi alasan untuk dijadikan dasar bahwa jika kau tak dapat membuktinya kau berbohong. Padahal mereka berbohong terhadap penciptaan dirinya sendiri, dari yang tadinya tidak ada menjadi ada dan lahir di dunia.
NB : Orang kafir yaitu orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, rasul-rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan hari Kiamat.
Ayat 7 : Allah telah mengunci mata hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.
Poin : Coba bayangkan kondisi ketika hatimu sudah tidak dapat merasakan apapun, pendengaranmu tuli, penglihatanmu buta. Apa yang bisa kau lakukan? Kau berada pada keadaan yang berat, sulit, rumit dan membingungkan tanpa kejelasan.
Kau tak dapat merasakan, tak dapat mendengar dan tak dapat melihat secara bersamaan. Apa yang akan kau harapkan dengan keadaan seperti itu? Sungguh berharap ada yang bisa menolong kita.
Sekarang manusia berada pada kondisi tersebut tapi bukan dalam kondisi fisik sebenarnya. Mereka mendengar nasihat kebaikan, perintah dan larangan dari Allah namun mereka cuek dan seolah tak mempedulikannya. Mereka melihat perilaku maksiat yang dilakukan, melihat kemungkaran, melihat sesuatu yang dilarang, namun mereka menganggap seolah-olah hal tersebut wajar dan dijadikan kebiasaan.
Hati mereka tak tersentuh sedikitpun melihat orang miskin, orang kelaparan, orang tua, orang yang sedang ditimpa bencana dan musibah. Dirinya justru berbangga diri dengan keadaan terbaiknya, pamer dengan kemewahan dunia yang didapatnya. Selain itu juga adanya rasa ragu, tidak beriman, munafik bagian dari hati yang tertutup/terkunci.
Dengan keadaan hati, pendengaran dan penglihatan yang sudah dikunci dan tertutup. Akhirnya hidayah sulit masuk. Kesimpulan dari keadaan yang menyedihkan tersebut adalah kasihan bagi mereka. Dan mereka akan merasakan apa arti dari sebuah penyesalan dari perilaku buruknya. Bukan sekarang mungkin nanti. Atau sebentar lagi.
Ayat 8 : Diantara manusia ada yang mengatakan : "Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian," padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Poin : Inilah bentuk kedustaan yang menipu diri sendiri. Biasanya berbohong/berdusta tujuannya ialah untuk menutupi aib, menutupi keburukan. Tapi berdusta yang tertera di terjemahan ayat ke-8 seolah-olah mengatakan bahwa saya beriman, percaya kepada yang ghaib dan percaya adanya akhirat, surga dan neraka. Tapi mereka justru mengingkarinya.
Apakah mereka merasa aman mengatakan kebohongan kepada manusia yang lain? Tentu tidak, mereka akan selalu berada dalam kenistaan karena keimanan bukan manusia yang menilai tapi Allah yang menilai.
Penilaian yang diberikan oleh manusia hanya sepanjang lidahnya saja. Tapi penilaian dari Allah tidak dapat ditawar, dibantah bahkan dimanipulasi. Allah mengetahui isi hati kita tanpa perlu ditutupi. Jadi masih mau berbohong? Membohongi orang lain atau justru membohongi diri sendiri? Lagi main ping pong?
Ayat 9 : Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
Poin : Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya di ayat ke-8. Bahwa menipu diri sendiri sungguh memilukan. Allah dan orang-orang yang beriman tidak butuh ucapanmu, tapi aksi nyata/bukti nyata dari keimananmu. Apakah dengan keimananmu, kamu akhirnya menjadi jauh lebih baik, jauh lebih taat, jauh lebih bertakwa.
Kalau hanya bermodal bicara saja, tak ada guna. Apalagi jika diteruskan kebohongan yang terjadi menjadi sebuah kebiasaan. Mereka akan selalu seperti itu tanpa menyadarinya.
Rasa kesadarannya perlahan menghilang diiringi dengan perasaan malu yang tak melekat pada kebiasaan buruknya itu. Harusnya kalau berdusta, segera sadar, minta maaf, dan malu untuk mengulanginya. Jika kau tak menyadarinya, tak perlu minta maaf dan tak perlu malu. Kau akan selalu terperosok makin dalam makin tenggelam.
Ayat 10 : Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.
Poin : Penyakit selalu identik rasa sakit. Sakit yang ditambah justru akan semakin membuatnya akut. Pedih menurut arti bahasa sesuatu yang menimbulkan luka. Coba dibayangkan,
Ketika salah satu organ tubuhmu sakit, misal ginjalmu sakit, lalu bertambah parah ginjalnya sampai akhirnya luka. Bagaimana rasanya? Kau merasakan kepedihan yang luar biasa bukan?
Jika tak ingin sakit, jangan menyakiti diri sendiri dan jangan menyakiti Allah. Allah dengan sangat mudah membuat hatimu sakit, lalu membuat hatimu mati. Lalu kau dicampakan Allah dan kau dihinakan. Lalu dengan siapa kau meminta pertolongan? Siapa yang kau andalkan sebagai penolong selain Allah.
Ingatlah Allah sebaik-baik penolong, sebaik-baik pemberi obat (ampunan) bagi setiap hambanya yang bertobat dan memohon ampun. Bertobat dan memohon ampunlah sekarang juga.
Baca Juga, Kajian : Surah Al Baqarah (1-5)Sumber :
Al Majid (Al Quran Terjemah dan Tajwid Warna)
Umma (Aplikasi Informasi Islam)
Opini Pribadi (Kajian Mandiri)
Komentar
Posting Komentar